Minggu, 27 November 2016

EFEK INDUKSI


Ketika kita membicarakan tentang kemampuan atom menyebabkan polarisasi ikatan, kita gunakan istilah efek induksi. Unsur-unsur elektropositif seperti litium dan magnesium menginduksi pemberian elektron, sedangkan unsur-unsur elektronegatif seperti oksigen dan klorin menginduksi penarikan elektron. Efek induksi sangat penting untuk memahami reaktivitas suatu senyawa. Efek ini tidak hanya dirasakan oleh ikatan tetangga, namun dapat pula berpengaruh sampai ikatan yang lebih jauh. Efek ini berkurang dengan bertambahnya jarak. Polarisasi ikatan C-C menyebabkan pula sedikit polarisasi tiga ikatan C-H metil.

Efek induksi : suatu aksi elektrostatik yang diteruskan melalui rantai atom dalam suatu molekul (melewati ikatan σ).
Dan efek itu dapat dinyatakan sebagai I- dan I+
I+ jika substituen yang terikat mendorong elektron (melepaskan e-)
I-    Jika substituen yang terikat menarik elektron
Efek induksi dari gugus yang terikat pada rantai R dari asam karboksilat (gugus COOH)

Di dalam keadaan dasar (ground state) efek-efek ini bekerja secara permanen dan dapat nyata dalam sejumlah sifat-sifat molekul. Salah hal yang paling ideal yang berhubungan dengan efek induksi adalah kecepatan solvolisis 4-(4-alkilbisiklo[2.2.2]oktan-1-ilbrosilat dalam asam asetat pada 75°C. Kecepatan relatif diberikan sebagai berikut:


Efek lain yang bekerja adalah efek medan. Efek ini bekerja tidak melalui ikatan tapi langsung melalui ruang atau molekul pelarut. Biasanya sulit untuk memisalkan efek induksi dengan efek ruang, tapi ada fakta yang menunjukkan bahwa efek medan tergantung pada geometri molekul sedangkan efek induksi hanya tergantung pada sifat ikatan. Sebagai contoh di dalam isomer 3 dan 4, efek induksi atom klor terhadap posisi elektron-elektron di dalam gugus COOH (dan oleh karenanya juga terhadap keasamannya) seharusnya sama karena keterlibatan ikatannya juga sama; tapi efek medan akan berbeda karena posisi klor dalam 3 lebih dekat ke COOH dibanding dengan di dalam 4. Jadi pembandingan keasaman 3 dan 4 seharusnya mengungkap apakah suatu efek medan benar-benar bekerja. Fakta yang diperoleh dari eksperimen seperti itu memperlihatkan bahwa efek medan lebih penting daripada efek induksi. Dalam kebanyakan kasus, kedua jenis efek tersebut dipertimbangkan secara bersama-sama.



Gugus fungsi dapat dikelompokkan sebagai gugus penarik elektron (-I) dan gugus pendorong elektron (+I) relatif terhadap atom hidrogen. Sebagai contoh gugus nitro adalah suatu gugus –I, gugus ini lebih kuat menarik elektron ke dirinya daripada atom hidrogen.

Dan sebagai contoh :
Efek-α

Nukleofil yang memiliki pasangan elektron bebas pada atom yang berdampingan langsung dengan pusat nukleofil (posisi a) tampak sebagai pendonor yang sangat kuat. Spesies-spesies seperti ini meliputi hidrazin, hidroksil amina, dan peroksida. 


Sifat-sifat ini sangat kontras dengan lemahnya sifat basa yang dimiliki akibat efek induksi heteroatom yang ada di sampingnya. Sebagai contoh, ion hidroperoksida (HO-O-) kurang asam daripada OH- dengan faktor 1014, tapi lebih reaktif sebagai nukleofil dalam menggantikan bromida pada asam bromoasetat dengan faktor sekitar 20. Asal dari hiperaktivitas tersebut tampak terletak pada interaksi antara pasangan-pasangan elektron bebas atom-atom yang berdampingan menghasilkan peningkatan energi HOMO dan peningkatan perilaku sifat basa “lunak”. Sesuai dengan hal tersebut di atas, substitusi nukleofilik SN2 metil iodida oleh dua buah basa yang pKɑ-nya berimbang memperlihatkan perbandingan tetapan kecepan reaksi seperti berikut,



dan pelepasan gugus p-nitrofenol dari p-nitrofenil asetat terjadi 71 kali lebih cepat oleh hidroperoksida daripada ion hidroksida, meskipun basa ion hidroksida lebih kuat sebesar 4 satuan (faktor 10.000).


Akan tetapi, reaksi antara fenil asetat dengan amina-amina di dalam media berair, hidrazin bereaksi pada suatu kecepatan normal sesuai dengan harga pKɑ-nya, dan tidak ada efek- yang bekerja. Tampaknya efek- hanya penting jika nukleofil bertindak sebagai basa yang sangat lunak, dan interaksi elektrostatik dengan pusat elektrofil pada interaksi awal adalah sangat kecil. Tinggi aktivitas relatif nukleofil- untuk suatu pusat karbon terhadap proton dibandingkan dengan nukleofil “normal” (sebagai contoh CH3O-) diduga berasal dari sifat orbital molekul. Oleh karena penurunan energi HOMO nukleofil normal selalu disertai dengan penurunan sejumlah kecil muatan negatif pada pusat nukleofil maka mengurangi komponen “keras” dan “lunak” reaktivitas. Di dalam nukleofil-,penurunan muatan mengarah kepada penurunan reaktivitas.

Efek induksi mirip dengan efek mesomeri, efeknya yaitu terpolarisasi secara permanen dalam keadaan dasar molekul dan oeh karena itu dinyatakan dalam sifat fisika senyawanya. Mesomeri hanya dapat terjadi pada senyawa tak jenuh, namun efek induksi dapat terjadi pada senyawa jenuh maupun tak jenuh. Efek induksi hanya terbatas pada jarak yang terbatas, sedangkan efek mesomeri dapat terjadi sepanjang molekul masih menyediakan sistem terkonjugasi.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus. 2009. Modul Kimia Organik Fisis I. Makassar: Unhas Press. 
Prasojo, S. L. BUKU PEGANGAN KULIAH UNTUK MAHASISWA FARMASI. Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu                Farmasi “Yayasan Pharmasi”.



Minggu, 20 November 2016

GUGUS FUNGSI


Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Persenyawaan dengan gugus fungsional yang sama akan mempunyai sifat kimia yang sama. Semua gugus fungsional bersifat hidrofilik sehingga meningkatkan kelarutan senyawa organik dalam air.

Beberapa jenis gugus fungsi organik

Identifikasi gugus fungsi
1. Identifikasi Gugus Fungsi pada Alkanol/Alkohol (R–OH)
a. Alkohol bereaksi dengan logam Na menghasilkan gas hidrogen.
2 ROH + Na → 2 RONa + H2
b. Reaksi alkohol dengan asam karboksilat dan sedikit asam mineral (H2SO4 atau HCl) akan membentuk suatu ester.
c.  Alkohol dengan struktur R–C–CH3 (R = H atau alkil)
                                                      OH 
    memberikan hasil positif terhadap tes iodoform.
d. Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehida (RCHO). Jika oksidasi dilanjutkan, menjadi asam karboksilat.
e. Oksidasi alkohol sekunder membentuk keton.
f. Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi dalam keadaan basa.
g. Alkohol bereaksi dengan hidrogen halida.
h. Pada temperatur tinggi dan dengan adanya asam sulfat, suatu alkohol akan mengalami reaksi eliminasi.
2. Identifikasi Gugus Fungsi Aldehida
a. Aldehida mudah dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oksidasi aldehida oleh pereaksi Tollens membentuk cermin perak.
b. Aldehida dapat direduksi membentuk alkohol primer.
c. Adisi HCN pada aldehida menghasilkan senyawa sianohidrin.
d. Dalam basa pekat, aldehida (yang tidak mengandung hidrogen alpha) mengalami oksidasi dan reduksi (otoredoks) menghasilkan campuran alkohol dan garam karboksilatnya. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi Cannizzaro.
e. Jika aldehida direaksikan dengan larutan NaOH encer pada temperatur kamar atau lebih rendah, terjadi dimerisasi yang biasa disebut sebagai ”aldol”.
3. Identifikasi Gugus Fungsi Keton
a. Alkanon yang mengikat metil pada gugus ketonnya (R–CO–CH3) memberikan tes iodoform positif.
b. Adisi pereaksi Grignard pada alkanon menghasilkan alkohol.
c. Adisi sianida pada alkanon menghasilkan sianohidrin.
4. Identifikasi Gugus Fungsi Karboksil
a.Sifat keasamannya menjadikan reaksi dengan logam membentuk garam.
b.Bereaksi dengan alkohol membentuk ester.
c.Reduksi asam karboksilat menghasilkan alkohol primer. 

HIDROKARBON (ALKANA, ALKENA, DAN ALKUNA)
 Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang disusun oleh atom hidrogen (H) dan karbon (C). Mempunyai rumus umum CnH2n+2, alkena mempunyai rumus umum CnH2n , sedangkan alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. 

Tatanama alkana 
1. Menggunakan awalan (met. .. et.. prop ... ..., dll) yang menunjukkan jumlah carbons pada kerangka induk dari rantai molekul, dan dan akhiran ana untuk menunjukkan bahwa molekul merupakan alkana. 
2. Kelompok yang melekat pada rantai induk disebut substituents dan diberi nama menggunakan awalan untuk jumlah carbons dalam rantai substituen dan akhiran il, misalnya, metil, etil, propil, dodekil, dan diberi nomor sesui nomor atom karbon rantai induk dimana substituen tersebut terikat. 
3. Pemberian nomor dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan letak substituen
Alkena dan Alkuna 
Alkena dan alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua dan tiga. Berdasar aturan IUPAC hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua diberi nama alkena, sedangkan yang mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna. 
CH3CH3      CH2=CH2      HCΞCH 
    Etana             etena            etuna 
Trivial : etilena asetilena 
Bila rantai induknya mengandung empat karbon atau lebih, harus digunakan sebuah nomor untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap atau ganda tiga. Rantai itu diberi nomor sedemikian sehingga ikatan rangkap dua atau tiga memperoleh nomor serendah mungkin.

“ KEISOMERAN “
Senyawa – senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama di sebut Isomer. Keisomeran karena perubahan struktur disebut keisomeran struktur, sedangkan keisomeran karena perubahan konfigurasi disebut keisomeran ruang. Keisomeran struktur dapat berupa keisomeran kerangka, posisi dan fungsi. Sedangkan keisomeran ruang dapat berupa keisomeran geometris dan optis.
1. Keisomeran rangka : Mempunyai rumus molekul dan gugus fungsi sama, namun rantai induk berbeda.
2. Keisomeran posisi : Mempunyai rumus molekul, gugus fungsi dan kerangka yang sama namun berbeda letak ( Posisi ) gugus fungsinya.
3. Keisomeran gugus fungsi : Mempunyai rumus molekul yang sama, namun berbeda gugus fungsi. 
Terdapat 3 pasangan Homolog yang mempunyai rumus yang sama yaitu :
1). Alkohol dengan Alkoksialkana mempunyai rumus umum CnH2n+2O
2). Alkanal dengan Alkanol, mempunyai rumus umum CnH2nO
3). Asam Alkanoat dengan Alkil alkanoat, mempunyai rumus umum CnH2nO2
4. Menentukan jumlah isomer struktur
Jumlah isomer struktur yang dapat terbentuk dari suatu senyawa bergugus fungsi tunggal dapat ditentukan berdasarkan jumlah kemungkinan gugus alkil yang dapat di bentuk oleh seyawa itu.
a. Alkohol CnH2n+2O
Mempunyai struktur umum R – OH. Jadi, jumlah kemungkinan isomer alkohol sama dengan jumlah kemungkinan gugus alkilnya ( R )
b. Alkoksialkana, CnH2n+2O atau R – O – R
Atom karbon dalam molekul eter terbagi dalam dua gugus alkil. Jumlah kemungkinan isomer sama dengan jumlah kombinasi dari kedua gugus alkil tersebut.
c. Alkanal, CnH2nO atau R – CHO
satu atom karbon dalam alkanal menjadi bagian dari gugus fungsi sisanya merupakan gugus alkil. Jumlah isomer bergantung pada jumlah kemungkinan gugus alkilnya.
d. Alkanon, CnH2nO atau R – CO – R
satu atom karbon dalan alkanon menjadi bagian dari gugus fungsi, sisanya + bagi dalam dua gugus alkil. Jumlah isomer bergantung pada jumlah kemungkinan kombinasi gugus alkilnya
e. Asam Alkanoat, CnH2nO2 atau R – COOH
Jumlah kemungkinan isomer asam alkanoat sama dengan alkanot yang setara
f. Alkil alkanoat, CnH2nO2 atau R – COOR
g. Halo Alkana, CnH2n+1 X atau R – X
Jumlah kemungkinan isomer haloalkana sama dengan alkanol yang sesuai
5. Keisomeran Geometris
Tergolong isomer ruang, mempunyai rumus molekul dan struktur yang sama. Keisomeran ini terjadi karena perbedaan konfigurasi molekul. Keisomeran geometris mempunyai dua bentuk yang di tandai dengan :
Cis : Gugus sejenis terletak pada sisi yang sama
Trans : Gugus sejenis terletak berseberangan
6. Keisomer Optis
Bidang getar di sebut bidang polarisasi. Alat untuk mengubah cahaya biasa menjadi cahaya terkutub di sebut polarisator. Berbagai jenis senyawa karbon menunjukkan kegiatan optis yaitu dapat memutarkan bidang polarisasi, senyawa – senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi di sebut optis aktif. Keisomeran ini berkaitan dengan sifat optis contohnya 2 – Butanol. Mempunyai 2 isomer optis yaitu d – 2 Butanol dan L – 2 – Butanol.
Menurut Lebel dan Vanf Hoff, keisomeran optis di sebabkan adanya atom karbon asimetris dalam molekul yaitu atom c yang terikat pada 4 gugus yang berbeda. Senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris bersifat kiral, dua isomer yang merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya disebut enansiomer. Isomer – isomer yang bukan enansiomer disebut diastereoisomer. Sudut putaran di tentukan melalui percobaan dengan alat polarimeter. Campuran ekimolar dua enansiomer disebut campuran rasemat dan bersifat optis tak aktif.
DAFTAR PUSTAKA
https://dsupardi.wordpress.com/kimia-xii-2/sentawa-organik/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gugus_fungsional
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pendalaman%20materi%20kimia%20organik.pdf

Minggu, 13 November 2016

REGANGAN RUANG

Regangan Ruang muncul pada tahun 1885 oleh seorang ahli kimia Jerman, Adolf Von Baeyer yang mengemukakan bahwa senyawa-senyawa siklik membentuk cincin-cincin datar. Menurut Baeyer semua senyawa siklik (kecuali siklopetana) mengalami regangan karena terjadinya penyimpangan dari sudut ikatan tetrahedral. Makin besar penyimpangan dari sudut ikatan tetrahedal makin besar ragangannya, yang berakibat makin reaktif pula.

Regangan ruang adalah besarnya regangan pada struktur senyawa kimia berbentuk siklik untuk menunjukkan seberapa besarnya regangan ruang dari cincin siklik tersebut. Regangan ruang yang terjadi pada suatu molekul menyebabkan molekul tersebut mencari konformasi geometri yang lebih stabil tanpa adanya tolakan sterik untuk mencapai kestabilan.


Sikloheksana memiliki regangan cincin sebesar 0 kkal/mol karena memiliki sudut ikatan yang sama dengan sudut ikatan tetrahedral.  Siklopropana memiliki sudut ikatan CCC sebesar 60o yang jauh berbeda dari sudut ikatan ideal 109,5o sudut ikatan ini menyebabkan siklopropana memiliki strain cincin yang tinggi.


  
Pengaruh ruang (efek sterik) adalah karena kesesakan (bulky) dari gugus di sekitar ikatan yang akan mengalami reaksi. Makin sesak (gugus semakin besar atau semakin banyak) maka reaktivitas molekul tersebut makin turun. 


Pada kasus tertentu walaupun gugusnya lebih sterik tapi kadang lebih reaktif. Hal ini dapat terjadi bila gugus yang lebih sterik tersebut terkunci karena keterbatasan rotasi, sedangkan gugus yang kurang steriknya dapa mengalami flip (membuka seperti paying) sehingga akan menutupi sisi aktif dari molekul tersebut seperti contoh berikut ini.


Pada amina tersier siklik walaupun gugusnya lebih sterik namun terkunci, sedangkan pada trietilamina akan dapat menutupi pasangan elektron bebas karena ketiga gugus tersebut dapat mengalami flipping.

Dalam suatu molekul rantai terbuka, atom-atomnya memiliki peluang tak terhingga jumlah penataan/posisinya di dalam suatu ruang untuk mencapai kestabilan dengan menyamai sudut ikatan tetrahedral. Gugus-gugus fungsi yang terikat pada ikatan karbon-karbon dalam senyawa alkana dapat berotasi dengan bebas mengelilingi ikatan tersebut. Oleh karena itu atom-atom dalam suatu senyawa rantai terbuka dapat memiliki posisi yang tak terhingga banyaknya di dalam ruang relatif satu terhadap yang lain. Pengaturan posisi atom yang bervariasi/berbeda-beda yang diakibatkan oleh rotasi ini disebut konformasi.

Konformasi adalah bentuk molekul dan bagaimana bentuk ini dapat berubah. Dalam senyawa rantai terbuka, gugus-gugus yang terikat oleh ikatan sigma dapat berotasi mengelilingi ikatan itu. Oleh karena itu atom-atom dalam suatu molekul rantai terbuka dapat memiliki tak terhingga banyak posisi di dalam ruang relatif satu terhadap yang lain. Memang etana merupakan sebuah molekul kecil, tetapi etana dapat memiliki penataan dalam ruang secara berlain-lain.

Contoh konformasi:
1.     1.  Konformasi Sikloalkana

Dalam usaha mengurangi regangan agar diperoleh kestabilan, molekul sikloalkana mengalami konformasi.
2.     2.  Konformasi Sikloheksana


Sikloheksana mengalami beberapa bentuk konformasi walaupun regangan ruangnya bernilai 0 kkal/mol hal ini dikarenakan ternyata sikloheksana bukan merupakan cincin datar dengan sudut ikatan 120o melainkan suatu cincin yang agak terlipat dengan sudut ikatan 109o, yang berarti hampir sama dengan sudut tetrahedral

Salah satu dari konformasi pada sikloheksana yang paling stabil adalah konformasi kursi, yang ditandai oleh adanya dua macam orientasi ikatan C-H, yaitu enam buah ikatan C-H aksial dan enam buah ikatan C-H ekuatorial. C-H ekuatorial merupakan C-H yang searah dengan bidang molekul, sedangkan C-H aksial merupakan C-H yang tegak lurus terhadap bidang molekul.

 DAFTAR PUSTAKA
Morrison, R.T. dan Boyd, R. N. 1992. Organic Chemistry. Sixth Edition. New York : Prentice Hal Inc.

Parlan. 2003. Kimia Organik I. Universitas Negeri Malang : 38-40.

Sitorus, M. 2008. KIMIA ORGANIK FISIK. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://berkhidmahtholabulilmi.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://frandimardiansyah.blogspot.co.id

Minggu, 06 November 2016

KIMIA ORGANIK FISIK

SALAM KIMIA!
Di sini, saya akan mencoba menjelaskan secara umum apa itu kimia organik fisik. Kimia organik fisik merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia khusunya kimia organik. Kimia organik fisik yaitu salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji aspek fisik dari suatu senyawa organik. Dengan mengetahui aspek fisik suatu molekul organik dengan baik maka dapat dirancang sintesis suatu senyawa yang bermanfaat khususnya untuk obat-obatan secara alami. Kimia organik fisik memiliki beberapa bahasan, yaitu :

1.       Elektronegativitas
Elektronegativitas adalah ukuran kemampuan atom untuk menarik pasangan elektron bersama untuk dirinya sendiri. Perbedaan antara dua unsur yang menentukan sejauh mana elektron tersebut berbagi dan dibagi merata.
Elektronegativitas dapat digunakan untuk menjelaskan:
·         Kepolaran ikatan
·         Kekuatan ikatan hidrogen
·         Fenomena reaksi

2.        Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah gaya tarik menarik yang lemah antara atom elektronegatif (F, O, N, dan H) terikat pada atom elektronegatif lain. Ikatan hidrogen bertanggung jawab terhadap sifat yang dimiliki air dan molekul biologis lainnya.
Ikatan hidrogen dapat digunakan untuk menjelaskan:
·         Titik didih
·         Kelarutan
·         Bentuk molekul

3.       Gaya van der waals
Gaya van der waals merupakan interaksi lemah antara molekul yang melibatkan dipol. Molrkul polar memiliki interaksi dipol-dipol permanen.
Gaya van der waals secara umum dapat dibagi 3:
·         Gaya Keesom/ Gaya Elektrostatis, meliputi interaksi antara:
Molekul ionik dengan molekul ionik
Dipol permanen dengan dipol permanen
·         Gaya Debye : interaksi antara dipol permanen dengan dipol terinduksi)
·         Gaya London/Gaya Dispersi : interaksi antara dipol sementara dengan dipol terinduksi
Gaya van der waals dapat digunakan untuk menjelaskan:
·         Titik didih
·         Kelarutan

4.       Polarizabilitas
Polarizabilitas yaitu kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk mengimbas suatu molekul. Gaya tarik dipol-dipol terjadi disebabkan karena adanya molekul yang penyebaran muatannya asimetris yang bersifat polar dan mempunyai dua ujubg yang berbeda muatan. 
Polarizabilitas berkaitan dengan massa molekul relatif dan bentuk molekul. Pada umumnya,semakin banyak jumlah elektron dalam molekul maka semakin mudah molekul tersebut mengalami polarisasi.

5.       Gugus fungsi
Merupakan kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang mirip bahkan sama. Gugus fungsi dapat dicirikan yang memiliki ikatan rangkap dan atom elektronegatif.
Gugus fungsi dapat dibagi 7:
·         Gugus fungsi -OH (alkohol)
·         Gugus fungsi -O- (eter)
·         Gugus fungsi -C-H atau -CHO (aldehida)
·         Gugus fungsi -CO- (keton)
·         Gugus fungsi -COOH (asam karboksilat)
·         Gugus fungsi -COOR (ester)
·         Gugus fungsi -X (halogen)

6.       Efek induksi
Yaitu aksi elektrostatik yang diteruskan melalui rantai atom dalam suatu molekul (melewati ikatan psi). Efek dapat dinyatakan sebagai I+ atau I-.
I+ jika substituen yang terikat mendorong elektron (melepaskan elektron).
I-   Jika substituen yang terikat menarik elektron (menerima elektron)
Efek induksi akan berkurang dengan adanya jarak gugus induksi dengan pusat reaksi (COOH)
       Posisi gugus menentukan besarnya efek induksi yang diberikan.

7.       Resonansi
Resonansi adalah  delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam struktur Lewis. Struktur molekul atau ion yang mempunyai delokalisasi elektron disebut dengan struktur resonan. Resonansi dalam kimia dilambangkan dengan dua arah panah
                           

8.       Hiperkonjugasi
   Merupakan delokalisasi yang melibatkan elektron σ. Hiperkonjugasi di atas dapat dipandang sebagai overlap antara orbital σ ikatan C-H dengan orbital π ikatan C=C, analog dengan overlap π-π. Hiperkonjugasi disebut juga resonansi tanpa ikatan. Secara singkat efek hiperkonjugasi merupakan perubahan dari suatu ikatan C-H menjadi ikatan C=C atau C≡C oleh Hα. Hiperkonjugasi dapat meningkatakan kestabilan molekul dengan semakin banyaknya Hα maka suatu molekul tersebut akan semakin stabil.

9.       Tautomeri
  Tautomeri adalah perpindahan atom dalam satu molekul menjadi isomer. Contohnya yaitu perubahan keto menjadi enol, dan amin menjadi imin.
  

10.       Regangan Ruang
     Regangan ruang merupakan perubahan bentuk dan ukuran ruang molekul bergantung pada arah dan letak gaya luar yang diberikan. 

TERIMA KASIH


Daftar Pustaka:

Parlan. 2003. Kimia Organik Fisis I. Makassar: Universitas Hasanuddin. 

Prasojo, S. L. 2013. Kimia Organik I Jilid I Buku Pegangan Kuliah untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi".

Tobing, R. L. 1989. Kimia Organik Fisik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

www.ilmukimia.co.id

www.wikipiedia.org